Minggu, 24 Februari 2013

dosa musrik

Melihat kesedihan dan kepiluan hati Rasulullah saw., Allah Taala telah menyelamatkan makam keramat beliau dari bid'ah-bid'ah itu. Akan tetapi di makam-makam para wali Islam lainnya dewasa ini, upacara-upacara berbau kemusyrikan berlangsung tak kurang ramainya daripada di kuil-kuil orang-orang Hindu. Andaikata Rasulullah saw. datang pada masa ini dan menyaksikan apa yang sedang berlangsung, niscaya beliau tidak akan menyangka bahwa orang-orang ini umat Islam, bahkan beliau akan menyangka mereka itu pengikut-pengikut suatu agama musyrik lain.

Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa semua khayalan itu digandrungi oleh orang-orang bodoh dan para ulama memandang jijik semua khayalan itu. Akan tetapi, sesungguhnya keadaan suatu bangsa dinilai dari bagian terbesar bilangan perorangan bangsa itu. Apabila kebanyakan orang-orang Islam adalah penganut khayalan-khayalan itu, maka kita harus mengambil ketetapan bahwa keadaan orang-orang Islam, ditilik dari segi ketauhidan, telah jatuh. Mereka telah melupakan sendi kalimah  laa ilaaha illallah, jiwa Islam.

Akan tetapi ini pun tidak benar kalau dikatakan bahwa orang-orang awam saja yang mempercayai akidah-akidah itu. Mereka yang dikeramatkan oleh orang-orang kebanyakan dan para kyai pun menyetujui  khayalan-khayalan  orang-orang  kebanyakan  itu.  Dan apabila sebagian dari antara mereka tidak menyetujui dengan sepenuh hati,  maka paling  kurang keadaan mereka pun demikian rusaknya, sehingga mereka tidak dapat secara terbuka melawan khayalan-khayalan orang-orang kebanyakan. Hal demikian itu pun merupakan suatu gejala bahwa keimanan telah rusak.

Sebagian dari aliran-aliran Islam menyatakan bahwa mereka sama sekali jauh dari kemusyrikan dan mereka marah terhadap orang-orang lain yang karena praktek-praktek kemusyrikan mereka itu — telah merugikan Islam. Akan tetapi ajaibnya ialah mereka sendiri pun menjadi mangsa musibah kemusyrikan. Yang memperbedakan dari orang lain hanya kenyataan bahwa mereka ini tidak menyekutukan tiap orang dengan Allah hanya saja menganggap orang-orang Islam selebihnya, meyakini bahwa Nabi Isa as. masih hidup di langit. Mereka ini berpendapat bahwa junjungan kita Rasulullah saw., Nabi yang termulia dari antara sekalian nabi, terkubur di dalam tanah, sedangkan Nabi Isa a.s. (Almasih) masih hidup di langit semenjak dua ribu tahun yang lalu —naudzubîllah min dzalik Allah tidak mendatangkan maut kepada beliau. Mereka membaca dengan jelas di dalam Alquran bahwa orang orang suci  yang diseru oleh manusia, selain Allah  semuanya telah mati, tidak hidup; dan mereka tidak mengetahui kapan beliau-beliau akan dibangkitkan. Allah Taala berfirman,


أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ


"Mereka itu mati, tak hidup. Dan mereka tidak mengetahui kapan akan dibangkitkan." (16:21)

Kemudian mereka menyaksikan, orang-orang Kristen telah menjadikan Nabi Isa a.s. sebagai obyek sembahan selain Allah. Kendati demikian mereka tidak melepaskan kepercayaan tentang hidupnya Almasih as., lagi tidak malu-malu mengatakan akan hal diri mereka sendiri sebagai orang-orang bertauhid. Demikian pula, benar orang-orang ini dengan lantang menentang kemusyrikan, namun daripada itu mereka meyakini bahwa NAbi Isa Almasih as. pernah menghidupkan orang-orang mati. Padahal, Allah Taala berfirman bahwa Dia pun tidak menghidupkan kernbali orang mati di dunia ini, sebagaimana Dia berfirman,

وَحَرَامٌ عَلَىٰ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

 "Dan sungguh tidak mungkin atas penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwasannya mereka tidak akan kembali." (21 : 95).

Yakni, Dia telah memutuskan bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia tidak akan kembali lagi ke dunia

Demikian pula Dia berfirman,

وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"Dan di belakang mereka ada dinding penghalang hingga hari tatkala mereka akan dibangkitkan lagi " (Al-mu'minuun [23] : 100).

Di dalam hadits Rasulullah saw kita dapati bahwa tatkala ayah Jabir ra., yakni Abdullah ra sudah syahid, Allah Taala berfirman kepada Abdullah bahwa beliau boleh meminta apa yang beliau menghendaki. Atas firman itu beliau mengatakan bahwa beliau hanya ingin dihidupkan kernbali untuk turut bersama-sama Rasulullah saw. berjihad dan sekali lagi mati syahid pada jalan Allah lalu dihidupkan kernbali dan sekali lagi mati syahid. Atas ujar itu Allah Taala berfirman bahwa, seandainya Dia tidak bersumpah atas nama Zat-Nya, niscaya Dia akan menghidupkan kembali beliau. Jadi, karena Dia telah berjanji bahwa Dia tidak akan berbuat serupa itu, maka Dia tidak akan melakukannya (Tirmidhi, Kitabut Tafsir, Surah Ali lmran, lbnu Majah, dan Misykat).

Tidak terpikir oleh orang-orang itu, betapa sesuatu yang tidak dilakukan oleh Allah Taala sendiri di dunia ini dan sesuatu yang merupakan salah satu di antara Sifat-sifat khas-Nya, pernah dikerjakan oleh nabi Isa as, mereka telah terkelabui oleh perkataan di dalam Alquran yang berbunyi “uhyil mautaa”-"Aku (Nabi Isa as.) menghidupkan orang yang telah mati" (3 : 50). Akan tetapi tatkala perkataan yang sama dipergunakan bagi Rasulullah saw. dalam Alquran yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, terimalah seruan Allah dan Rasul- Nya apabila ia memanggil kamu kepada apa yang menghidupkan karnu. " (Al-'Anfal [8] : 24),

maka perkataan itu, yakni perkataan menghidupkan, diartikan oleh mereka itu berkaitan dengan kehidupan rohani. Kalau kata ahya berarti juga memberi kehidupan rohani, dan jika tiada wujud dapat menghidupkan orang mati selain Allah Taala, dan bila Allah Taala pun tidak menghidupkan kembali di dunia ini orang orang yang sudah mati, maka mengapa pula mereka tidak mengartikan kata ahya sesuai dengan Kalam llahi, sehingga tidak menimbulkan syirik?

Demikian pula orang-orang yang mengaku bertauhid ini meyakini bahwa Nabi Isa a.s. dahulu pernah menciptakan burung-burung. Padahal mereka membaca di dalam Alquran  bahwa selain Allah tiada seorangpun dapat menciptakan sesuatu pun. Allah Taala berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ

Dan orang-orang yang menyeru selain Allah swt., mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan. (An-Nahl [16] : 20)


Kemudian Dia berfirman:

ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

 ''Atau, apakah mereka itu menjadikan bagi Allah sekutu yang telah menciptakan seperti ciptoanNya, sehingga kedua jenis ciptaan itu nampak serupa soja bagi mereka? Katakanïah, 'Hanya Allahlah Yang telah menciptakan segala sesuatu dan Dialah Yang Maha esa, Mahaperkasa. (Ar-Ra'd [13]:16).

Demikian pula Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَ

Sesungguhnya, mereka yang karnu sembah selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka itu bergabung untük maksud itu. (Al-Haj [22]:74),

sedangkan Nabi isa as. sendiri termasuk di antara mereka yang diseru selain Allah. Pendek kata, kendatipun ada di dalam  Alquran  tercantum dengan jelas bahwa tiada seorang pun dapat mencipta sesuatu, selain Allah, dan kalau pun ada seseorang yang berbuat serupa itu toh Dia lah satu-satunya Wujud sembahan, mereka mengartikan ayat —

أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ ال

 "Aku (Nabi Isa as.) akan membuat untuk kemanfaatanmu dari pribadi-pribadi yang mengandung sifat seperti tanah, sesuatu makhluk dengan cara yang serupa burung mengeram. "Peny. (Ali- Imran [3] : 50),

bertentangan dengan ajaran  Alquran   yang muhkam (tegas). Lagi mereka tidak berpikir bahwa sebuah perkataan dapat dipergunakan dalam berbagai makna. Jadi, hendaknya mengartikan perkataan itu sesuai dengan bunyi ayat-ayat   Alquran   Suci lainnya dan selaras dengan kemuliaan seorang hamba Allah. Hendaknya jangan bertentangan dengan hal-hal yang muhkam (tegas) dan menyalahi kemuliaan Allah Taala. Pula hendaknya, sementara menyatakan diri bertauhid, jangan terjerumus ke dalam lembah kemusyrikan.

0 comments:

Posting Komentar