Dimensi isi tauhid
Tauhid mempunyai beberapa dimensi isi tauhid sbb:
1. Tauhid sebagai prinsip pertama metafisika
Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah berarti berpendapat bahwa
Dialah Pencipta yang mewujudkan segalanya. Dialah sebab utama setiap
kejadian, dan tujuan akhir segala yang ada, bahwa Dialah Yang Pertama
dan Terakhir. Bersaksi dengan kebebasan dan keyakinan, secara sadar
memahami isinya, berarti menyadari bahwa segala di sekitar kita, baik
benda atau kejadian, semua yang terjadi di bidang alam, sosial, atau
psikis, adalah tindakan Tuhan, pelaksanaan dari satu atau lebih
tujuan-Nya. Begitu tercipta, realisasi seperti itu menjadi hakikat
kedua manusia, yang tak dapat dipisahkan darinya selama terjaga.
Sehingga manusia akan hidup di bawah bayang-bayangnya. Dan dimana
manusia mengetahui perintah dan tindakan Tuhan dalam setiap objek dan
peristiwa, maka dia mengikuti inisiatif Tuhan karena ini semua perintah
Tuhan. Mengamati inisiatif Tuhan dalam alam ebrarti melaksanakan ilmu
alam. Karena inisiatif Ilahiah dalam alam tak lain daripada hukum-hukum
yang tak berubah yang diaugerahkan Tuahn kepada alam. Mengamati
inisiatif Ilahiah dalam diri seseorang atau dalam masyarakat berarti
mempelajari ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial. Dan jika seluruh
alam semesta sendiri benar-benar menyingkapkan atau memenuhi hukum alam
in, yang adalah perintahdan kehendak Tuhan, maka alam semesta, menurut
orang Muslim merupakan teater hidup yang digerakkan oleh perintah
Tuhan. Teater itu sendiri, dan segala isinya, dapat dijelaskan dengan
istilah-istilah ini. Keesaan Tuhan berarti bahwa Dialah Sebab segalanya.
2. Tauhid sebagai prinsip pertama etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan Maha Esa menciptakan manusia dalam bentuk
terbaik, untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Ini berarti bahwa
seluruh keberadaan manusia di muka bumi bertujuan mematuhi Tuhan,
menjalankan perintah-Nya. Tauhid juga menegaskan bahwa tujuan ini
termasuk kekhalifahan manusia di muka bumi. Karena, menurut Al-Qur’an,
Tuhan telah memberikan amanat-Nya kepada manusia, amanat yang tak mampu
dipikul langit dan bumi, dan yang mereka hindari dengan ketakutan.
Amanat tuhan adalah pelaksanaan bagian etika dari kehendak Tuhan.
Hakikatnya menuntut bahwa amanat itu diwujudkan dalam kebebasan dan
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu melakukannya. Dimanapun
kehendak Tuhan diwujudkan sesuai kebutuhan hukum alam, perwujudannya
bukan moral, tetapi mendasar (elemental) atau bermanfaat (utilitarian).
Hanya manusia yang mampu mewujudkannya dengan kemungkinan melakukan
atau tidak melakukannya sama sekali, atau melakukan sebaliknya atau
sebagian. Kemerdekaan manusia untuk mematuhi perintah Tuhanlah yang
menjadikan pelaksanaan perintah moral.
Tauhid menegaskan bahwa
Tuhan, yang pemurah dan bertujuan, tidak menciptakanmanusia secara
main-main, atau sia-sia. Dia menganugerahkan manusia dengan panca
indera, akal dan pemahaman, menjadikannya sempurna – dan meniupkan ke
dalamnya ruh-Nya- untuk mempersiapkannya menunaikan tugas besar ini.
3. Tauhid sebagai prinsip pertama aksiologi
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan umat manusia agar
manusia dapat membuktikan diri bernilai secara moral melalui
perbuatannya. Sebagai Hakim agung dan akhir,Dia memperingatkan bahwa
semua perbuatan manusia akan diperhitungkan ; bahwa perbuatan baik
mereka akan diberi pahala, dan perbuatan buruk mereka akan diberi
hukuman. Tauhid selanjutnya menegaskan bahwa Tuhan menempatkan manusia
di muka bumi agar manusia mendiaminya. Agar manusia dapat bekerja di
atas bumi, memakan buah-buahnya, menikmati kebaikan dan keindahannya,
dan memakmurkan bumi dan dirinya. Inilah penegasan dunia : menerima
dunia karena dunia tidak berdosa dan baik, diciptakan oleh Tuhan dan
diatur oleh-Nya untuk dimanfaatkan manusia. Segala yang ada di dunia
ini, termasuk matahari dan bulan, tunduk kepada manusia. Semua ciptaan
merupakan teater bagi manusia untuk melakukan perbuatan etikanya
sehingga mewujudkan bagian yang lebih tinggi dari kehendak Ilahi.
Manusia bertanggung jawab untuk memuaskan naluri dan kebutuhannya, dan
setiap orang bertanggung jawab satu sama lain. Manusia berkewajiban
mengembangkan sumber daya manusia ke tingkat yang tertinggi yang
mungkin, sehingga semua karunia alam dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Dia
berkewajiban mengubah bumi menjadi kebun buah yang produktif dan taman
indah. Dalam proses ini dia dapat mengeksplorasi matahari dan bulan
jika perlu. Tentu saja manusia harus menemukan dan mempelajari
pola-pola alam, jiwa manusia, masyarakat. Dia harus mengindustrikan dan
mengembangkan dunia agar dunia menjadi taman dimana Firman Allah
diagungkan.
4. Tauhid sebagai prinsip pertama masyarakat
Tauhid
menegaskan bahwa “umatmu ini umat yang satu, yang Tuhannya adalah
Allah. Karena itu sembah dan mengabdilah pada-Nya” Tauhid berarti bahwa
orang orang-orang beriman adalah bersaudara , yang anggotanya saling
mencintai dalam Tuhan, mereka saling menasihati untuk berlaku adil dan
sabar. Mereka semua berpegang pada tali Allah, dan tidak berpisah satu
sama lain, mereka saling berurusan, menganjurkan kebaikan dan melarang
kejahatan; mereka menaati Allah dan Nabi-Nya.
5. Tauhid sebagai prinsip pertama estetika
Tauhid berarti menyingkirkan Tuhan dari segenap bidang alam. Segala
yang diciptakan adalah makhluk, nontrasenden, tunduk kepada hukum ruang
dan waktu. Semuanya ini tak mungkin Tuhan dalam arti apapun, khususnya
arti ontologis yang dinafikan tauhid, sebagai intisari monoteisme.
Tuhan sama sekali bukan ciptaan, sama sekali bukan alam, dan karena itu
Tuhan transenden. Dialah satu-satunya wujud yang trasenden. Tauhid
selanjutnya menegaskan bahwa tak ada yang menyerupai-Nya, sehingga
tidak ada ciptaan yang menyerupai atau melambangkan Tuhan, tak ada yang
dapat mewakili-Nya. Jelas secara definisi Dia tak tergambarkan. Tuhan
adalah Dia yang tak ada lembaga estetis apapun yang mungkin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar